Hukum Menggunakan Tasbih
Kita sering sekali melihat orang-orang berdzikir dengan menggunakan tasbih. Tapi apasih maksud dari tasbih? Bagaimana hukum menggunakannya? Yuk simak penjelasan berikut:
Imam Nawawi dalam kitab Tadzhib al-Asma’ wa al-Lughat mendefiniskan Tasbih dengan:
تعريف السبحة في اللغة: سُبْحَةٌ (بضم السين
وإسكان الباء الموحدة) خَرَزَاتٌ مَنْظُوْمَةٌ يُسَبِّحُ بِهَا مَعْرُوْفَةٌ
يَعْتَادُهَا أهلُ الخَيْرِ.
“Kata Subhah
artinya Manik-manik (tengahnya dilubangi) yang dirangkai untuk digunakan
bertasbih dan digunakan secara terus-menerus oleh ahlul khair (orang
yang beribadah).”
Dahulu, Nabi
Saw mengikat atau menghitung dzikirnya yang berupa bacaan tasbih (Subhanallah),
tahlil (laa ilaaha illalaahu), dan sebagainya dengan menggunakan biji-bijian dan
kerikil.
Sebaimana hadits
yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amr RA :
رأيت النبي صلى الله عليه
وآله وسلم يعقد التسبيح بيده.
“Pernah kulihat Nabi saw menghitung bacaan tasbih dengan tangannya”.
Dalam kitab Inarah
ad-Duja karangan Syaikh Muhammad ‘Ali bin Husain al-Maliki al-Makki yang
mensyarahi kitab Tanwirul Hija fi Manzhumah Safinatin Naja karangan
Syaikh Ahmad Qusyairi bin Shidiq Pasuruan terdapat redaksi:
مَا قَوْلُكُمْ نَفَعَ
اللهُ تعالى بِعُلُوْمِكُمْ فِى السُّبَحَةِ الْمَعْرُوْفِ هَلْ هِيَ بِدْعَةٌ اَمْ
سُنَّةٌ ؟ - إلى ان قال – اَقُوْلُ: اَلسُّبْحَةُ الَّتِيْ يَسْتَعْمِلُهَا النَّاسُ
سُنَّةٌ، لِأَنَّ سُنَّةَ مَا ثَبَتَ بِقَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ اَوْفِعْلِهِ اَوْتَقْرِيْرِهِ،
وَالسُّبْحَةُ مَا ثَبَتَ بِتَقْرِيْرِﷺ لِمَا رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدَ عَنْ عَائِشَةَ
بِنْتِ سَعْدٍ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ 4،
أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، عَلَى امْرَأَةٍ وَبَيْنَ يَدَيْهَا نَوىً
أَوْ حَصَىً تُسَبِّحُ بِهِ الخ. ا ه (إنارة الدجى ص 233-234، الحرمين)
“Apa pendapatmu (semoga Allah menjadikan ilmu engkau bermanfaat) tentang Tasbih yang telah ma’ruf, apakah itu bid’ah atau sunnah? ..... “Aku berpendapat bahwa tasbih yang digunakan manusia itu Sunnah. Karena sunnah adalah apa-apa yang sesuai dengan sabda, perbuatan, dan ketetapan nabi. Sedangkan tasbih sesuai dengan ketetapan nabi Saw berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari ‘Aisyah binti Sa’d bin Abi Waqqash, bahwa ia bersama Rasulullah SAW masuk ke tempat seorang wanita dan di hadapannya ada beberapa biji atau beberapa kerikil yang digunakan untuk menghitung tasbihnya .....”
Pendapat Syaikh
Muhammad ‘Ali bin Husain al-Maliki al-Makki sejalan dengan hadits Nabi Saw. Sebagaimana
redaksi hadits tersebut ada dalam kitab Riyadhusshalihin karangan Imam
Nawawi :
وَعَنْ سَعْدٍ بْنِ أَبِي
وَقَّاصٍ 4،
أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، عَلَى امْرَأَةٍ وَبَيْنَ يَدَيْهَا نَوىً
أَوْ حَصَىً تُسَبِّحُ بِهِ فَقَالَ: أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أيْسَرُ عَلَيْكِ مِنْ
هَذَا أَوْ أفْضَلُ؟ فَقَالَ: سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي
السَّمَاءِ، وَسُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي الأَرْضِ، وَسُبْحَانَ اللهِ
عَدَدَ مَا بَيْنَ ذَلِكَ، وَسُبحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ، وَاللهُ
أَكْبَرُ مِثْلَ ذَلِكَ، وَالحَمْدُ للهِ مِثْلَ ذَلِكَ؛ وَلاَ إلَهَ إِلاَّ اللهُ
مِثْلَ ذَلِكَ، وَلاَ حَولَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ مِثْلَ ذَلِكَ. رَوَاهُ
التِّرْمِذِيُّ، وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ.
“Dari Sa’ad bin
Abu Waqqash r.a bahwa ia bersama Rasulullah saw masuk ke tempat seorang wanita
dan di hadapannya ada beberapa biji atau beberapa kerikil yang digunakan untuk
menghitung tasbihnya. Beliau pun bersabda, “Tidakkah engkau suka kalau aku
beritahukan padamu tentang sesuatu yang lebih mudah untukmu daripada ini atau
lebih utama?” Selanjutnya beliau bersabda, “Yaitu Mahasuci Allah
sebanyak hitungan yang diciptakan oleh-Nya di langit. Mahasuci Allah sebanyak
hitungan yang diciptakan oleh-Nya di bumi. Mahasuci Allah sebanyak hitungan
yang ada di antara langit dan bumi. Mahasuci Allah sebanyak ciptaan-Nya Yang
Dia ciptakan. Allah Mahabesar seperti itu, segala puji hanya bagi Allah seperti
itu, tiada Ilah kecuali Allah seperti itu, dan tiada daya serta tiada kekuatan
melainkan dengan pertolongan Allah seperti itu pula.” (HR. Tirmidzi, ia
menyatakan bahwa hadits ini hadits hasan).
Syeikh DR.
Yusuf al-Khaththar bin Muhammad dalam kitabnya Mausu`ah Yusufiyah fi Bayan
adillah ash-Shufiyyah, dengan beberapa keterangan hadits-hadits diatas pada
bab as-Shubhah beliau membuat kesimpulan:
(اَلْخَاتِمَةُ)
وَمِنْ مَجْمُوْعِ هَذِهِ الآَثَارِ نَجِدُ أَنَّ أَصْلَ اتِّخَاذِ السُّبَحَةِ قَائِمٌ
فِي اْلإِسْلَامِ لِإِحْصَاءِ الذِّكْرِ وَإِنَّ الَّذِيْ تَطَوَّرَ إِنَّمَا هُوَ
النَّوَى وَالْحَصَى وَتَطَوَّرَتِ الْعَقْدَ فِي الْخِيْطِ وَعَلَى اْلأَنَامِلِ
إِلَى حُبَّاتٍ مَثْقُوْبَةٍ عَلَى صُوْرَةِ الْعَقْدِ يَجْمَعُهَا خَيْطٌ يَحْمِلُهَا
الْعَابِدُ فَتَذَكَّرَهُ بِرَبِّهِ وَبِوِرْدِهِ. (الموسوعة اليوسفية ص 200)
“(Kesimpulan). Dari berbagai hadits, kita mengetahui bahwa menggunakan tasabih ada di dalam Islam untuk menghitung jumlah dzikir. Tasbih tersebut bentuknya adakalanya biji kurma atau kerikil. Tasbih berkembang bentuknya berupa butiran-butiran yang dirangkai dengan benang. Orang yang beribadah menggunakannya untuk berdzikir dan berwirid kepada Allah”.
Dari keterangan
dan pendapat-pendapat ulama diatas, dapat kita ketahui bahwa berdzikir dengan
tasbih bukanlah termasuk bid’ah dan itu merupakan sunnah. Hanya saja, dahulu
nabi menghitung dzikir-dzikirnya dengan biji-bijian dan kerikil, sedangkan zaman
sekarang seiring dengan berkembangnya teknologi tasbih didesain dengan berbagai
macam rupa seperti manik manik dari kayu, besi, bahkan belakangan ini sudah
beredar tasbih digital yang dapat menghitung jumlah dzikir hanya dengan
memencet dan mengekliknya.
Wallahul
Muwaffiq.
wahhhh... akhirnya pertanyaan di benak saya terjawab syudah setelah baca ini.. thanks
BalasHapus