Terjemah Kitab Adabul 'Alim Wal Muta'allim Bag.3
[٢] الباب
الثاني
فى آداب
المتعلم فى نفسه
وفيه عشرة
أنواع من الآداب
BAB II
ADAB PELAJAR (SANTRI) PADA DIRINYA SENDIRI
ADA 10 MACAM
١- الأول: أن يطهّر قلبه من
كل غش ودنَس وغِلّ وحسد وسوء عقيدة وسوء خُلق، ليصلح بذلك لقبول العلم وحفظه
والاطلاع على دقائق معانيه والفهم لغوامضه.
Pertama,
Harus mensucikan hatinya dari setiap sesuatu yang mempunyai unsur menipu,
kotor, penuh rasa dendam, hasut, keyakinan yang buruk, dan budi pekerti yang buruk
supaya ia pantas untuk menerima ilmu, menghafalkannya, meninjau kedalaman
maknanya dan memahami makna yang tersirat.
٢- الثانى: أن يحسن النية فى
طلب العلم بأن يقصد به وجهَ الله عز وجل والعملَ به وإحياءَ الشريعة وتنوير قلبه
وتحلية باطنه والتقرب من الله تعالى. ولا يقصد به الأغراض الدنيوية من تحصيل
الرياسة والجاه والمال ومباهة الأقران وتعظيم الناس له ونحو ذلك.
Kedua,
Harus memperbaiki niat dalam mencari ilmu, dengan tujuan untuk mencari ridha
Allah ta’ala, serta mampu mengamalkannya, menghidupkan syari’at, untuk
menerangi hati, menghiasi batin dan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Tidak
bertujuan untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi, misalnya menjadi pimpinan,
jabatan, harta benda, mengalahkan teman seperjuangan, supaya dihormati
masyarakat dan sebagainya.
٣- الثالث: أن يبادر بتحصيل
العلم شبابه وأوقات عمره، ولا يغتر بخدع التسويف والتأميل، فإن كل ساعة تمره من
عمره لا بدل لها ولاعوض عنها. وأن يقطع ما يقدر عليه من العلائق الشاغلة والعوائق
المانعة عن تمام الطلب وبذل الاجتهاد وقوة الجد فى التحصيل فإنها قواطع طريق
التعلم.
Ketiga,
Harus berusaha sesegera mungkin memperoleh ilmu diwaktu masih muda dan
memanfaatkan sisa umurnya. Jangan sampai tertipu dengan menunda-nunda belajar
dan terlalu banyak berangan-angan/berkhayal, karena setiap waktu akan terlewat
dan tidak mungkin diganti ataupun ditukar. Seorang pelajar harus meninggalkan
urusan-urusan yang merepotkan yang mampu ia lakukan, juga perkara-perkara yang
bisa menghalangi kesempurnaan mencari ilmu, serta mengerahkan segenap kemampuan
dan bersungguh-sungguh dalam menghasilkan ilmu. Maka sesungguhnya hal itu (yang
disebut tadi) akan menjadi pemutus jalan (penghalang) proses belajar.
٤- الرابع: أن يقنع من القوت
واللباس بما تيسر. فبالصبر على أدنى العيش ينال ساعة العلم وجمع شَمْل[1] القلب من متفرقات الآمال ويتفجّر فيه ينابيع الحكم.
Keempat,
Harus menerima apa adanya (qana’ah) dari segala sesuatu yang mudah ia
dapat, baik itu berupa makanan atau pakaian dan sabar atas kehidupan yang
berada dibawah garis kemiskinan yang ia alami ketika dalam tahap proses mencari
ilmu, serta menahan morat-maritnya hati akibat terlalu banyaknya angan-angan
dan keinginan, sehingga sumber-sumber hikmah akan mengalir kedalam hati.
قال إمامنا الشافعي رضي الله عنه: لا
يفلح من طلب العلم بعزة النفس وسعة المعيشة، ولكن من طلب بذِلّة النفس وضيق العيش
وخدمة العلماء أفلح.
Imam
kita, Imam Syafi’i telah berkata: “Orang yang mencari ilmu tidak akan merasa
bahagia dengan hati yang luhur dan kehidupan yang serba cukup, akan tetapi
orang-orang yang mencari ilmu dengan perasaan hina, rendah hati, kehidupan yang
serba sulit dan menjadi pelayan para ulama’, dialah orang yang akan berhasil.”
٥- والخامس: أن يقسم أوقات
ليله ونهاره ويغتم ما بقي من عمره، فإن بقية العمر لا قيمة لها. وأجود الأوقات
للحفظ الأسحار، وللبحث الأبكار، وللكتابة وسط النهار، وللمطالعة والمذاكرة الليل.
وأجود أماكن الحفظ الغرف وكل موضع بعيد عن الملهيات، ولا يحسن الحفظ بحضرة النبات
والخَضرة والأنهار وضَجيج الأصوات.
Kelima,
Harus bisa membagi seluruh waktu baik siang maupun malam dan menggunakannya
setiap kesempatan dari umurnya, sebab umur yang tersisa itu tidak ada nilainya.
Waktu
yang paling ideal dan baik untuk menghafalkan adalah waktu sahur. Waktu pagi
digunakan untuk membahas pelajaran. Waktu tengah hari digunakan untuk menulis.
Waktu malam digunakan untuk meninjau ulang dan mengingat pelajaran. Sedangkan
tempat yang paling baik digunakan untuk menghafalkan adalah di dalam kamar dan
setiap tempat yang jauh dari perkara yang bisa membuat lupa. Tidak baik
menghafalkan pelajaran didekat tumbuh-tumbuhan, tanaman-tanaman yang hijau, di
tepi sungai dan ditempat-tempat yang ramai.
٦- والسادس: أن يقلل الأكل
والشرب فإن الشبع يمنع العبادة ويثقل البدن، ومن فوائد قلة الأكل صحة البدن ودفع
الأمراض البدنية، فإن سببها كثرة الأكل وكثرة الشرب، كما قبل:
Keenam,
Harus mengurangi makan dan minum, karena apabila perut dalam keadaan kenyang
maka akan menghalangi semangat ibadah dan badan menjadi berat. Diantara faedah mengurangi
makan yaitu menyebabkan badan menjadi sehat dan mencegah penyakit tubuh. Sesungguhnya
penyebab hinggapnya penyakit adalah terlalu banyak makan dan minum, sebagaimana
yang dikatakan dalam sebuah syair:
فإن الداء
أكثر ما تراه ÷
يكون من الطعام والشراب
Sesungguhnya
penyakit yang kau saksikan itu kebanyakan # Disebabkan dari makanan dan minuman
وصحة القلوب من الطغيان والبطر. ولم ير أحد من الأولياء
والأئمة والعلماء الأخيار يتصف أو يوصف بكثرة الأكل ولا حُمد به، وإنما تحمد كثرة
الأكل من الدواب التى لا تعقل وترصد
للعمل.
(Usahakan)
hati terhindar dari perbuatan lacur, melampaui batas dan sombong. Tidak tampak
seorangpun dari para Wali Allah, para pemimpin ummat dan para ulama’ terpilih
yang bersifat atau mempunyai ciri seperti itu. Orang yang seperti itu
(melakukan perbuatan lacur, melampaui batas dan sombong) tidak akan terpuji. Bahwasanya
banyak makan akan terlihat terpuji (jika dilakukan oleh) binatang yang tidak
berakal dan dipersiapkan untuk bekerja.
٧- والسابع: أن يؤاخذ نفسه
بالورع والاحتياط فى جميع شأنه ويتحرى الحلال فى طعامه وشرابه ولباسه ومسكنه وفى
جميع ما يحتاج إليه ليستنير قلبه ويصلح لقبول العلم ونوره والنفع به. وينبغى له أن
يستعمل الرخص فى مواضعها عند الحاجة إليها ووجود سببها، فإن الله يحب أن تؤتى رخصه
كما يحب أن تؤتى عزائمه.
Ketujuh,
Harus mengambil tindakan terhadap dirinya sendiri dengan sifat wira’i (menjaga
diri dari perbuatan yang bisa merusak harga diri) serta berhati-hati dalam
setiap keadaan, memperhatikan kehalalan makanannya, baik itu berupa makanan,
minuman, pakaian dan tempat tinggal dan setiap sesuatu yang ia butuhkan, agar
hatinya terang dan pantas untuk menerima ilmu, cahaya ilmu dan mengambil
kemanfaatan ilmu. Seyogyanya pencari ilmu juga menggunakan rukhshah (kemudahan
kemudahan) pada tempatnya ketika dibutuhkan dan adanya sebab–sebabnya, karena
Allah menyukai kemurahan-kemurahannya dilaksanakan sebagaimana Dia menyukai
ketetapan-ketetapanNya dilaksanakan.
٨- والثامن: أن يقلل استعمال
المطاعم التى هي من أسباب البلادة وضعف
الحواس كالتفاح الخامض والباقلاء وشرب الخل، وكذلك ما يكثر استعماله البلغم المبلد
للذهن والمثقل للبدن ككثرة الألبان والسمك وأشباه ذلك. وينبغى أن يجتنب ما
يورث النسيان بالخاصية كأكل أثر سور الفأر
وقراءة ألواح القبور والدخول بين جملين مقطورين وإلقاء القمل حيا.
Kedelapan,
Harus mengurangi makanan yang menyebababkan tumpulnya otak (lama berfikir),
lemahnya panca indra, seperti buah apel yang masam, kacang sayur, minum cuka’,
begitu juga makanan yang menimbulkan banyak dahak, yang dapat mempertumpul akal
fikiran dan memperberat badan, seperti terlalu banyak minum susu, makan ikan
dan yang lain sebagainya. Seyogyanya juga ia menjauhkan diri dari hal-hal yang
menyebabkan lupa secara khusus seperti memakan makanan yang telah dimakan
tikus, membaca tulisan di maesan (pathok pekuburan), masuk di antara dua ekor
unta yang ditarik dan membuang kutu dalam keadaan hidup.
٩- والتاسع: أن يقلل نومه ما
لم يلحقه ضرر فى بدنه وذهنه، ولا يزيد فى نومه فى اليوم والليلة على ثمان ساعات
وهو ثلث الزمان. فإن احتمل حاله أقل منها فعل، ولا بأس أن يريح نفسه وقلبه وذهنه
وبصره إذا كلّ شيء من ذلك وضعف بتنزه وتفرج فى المتنزهات بحيث يعود إلى حاله ولا
يضيع عليه.
Kesembilan,
Harus berusaha untuk mengurangi tidur selama tidak menimbulkan bahaya pada
tubuh dan akal pikirannya. Jam tidur tidak boleh melebihi dari delapan jam
dalam sehari semalam. Dan itu sepertiga dari waktu satu hari (24 jam). Jika
keadaannya memungkinkan untuk beristirahat kurang dari sepertiganya waktu dalam
sehari semalam maka ia dipersilahkan untuk melakukannya. Apabila ia merasa
terlalu lelah, maka tidak ada masalah untuk memberikan kesempatan beristirahat
terhadap dirinya, hatinya dan penglihatannya dengan cara mencari hiburan,
bersantai ke tempat-tempat hiburan sekiranya pulih kembali dan tidak
menyia-nyiakan waktu.
١٠- والعاشر: أن يترك العِشْرة فإنّ تركها مِن أهم ما ينبغى
لطالب العلم ولاسيما لغير الجنس خصوصا إن كثر لعبه وقلت فكرته، فإن الطبع سراق،
وآفة العشرة ضياع العمر بغير فائدة وذهاب الدين إذا كان مع غير أهله. فإن احتاج
إلى من يصحبه فليكن صاحبا صالحا دينا تقيا ورعا زكيا كثير الخير قليل الشر حسن
المروءة قليل الممارات إن نسي ذكر وإن ذكر أعانه.
Kesepuluh,
Harus meninggalkan pergaulan, karena meninggalkannya itu lebih penting
dilakukan bagi pencari ilmu, apalagi bergaul dengan lawan jenis khususnya jika
terlalu banyak bermain dan sedikit menggunakan akal fikiran, karena watak dari
manusia adalah banyak mencuri kesempatan. Bahaya dari pergaulan adalah
menyia-nyiakan umur tanpa guna dan berakibat hilangnya agama, apabila bergaul
bersama orang yang tidak beragama. Jika ia membutuhkan orang yang bisa
menemaninya, maka orang itu harus shaleh, kuat agamanya, takut kepada Allah,
wira’i, bersih hatinya, banyak berbuat kebaikan, sedikit berbuat kejelekan,
memilki harga diri yang baik, sedikit perselisihannya (tidak ngeyelan). Jika ia
lupa, maka temannya mengingatkan, dan bila ia ingat, maka berarti temannya
telah menolongnya.
[1]
وفى
المختار: وجمع الله شمله أي ما تشتت من أمره، وفرقه الله شمله أي ما اجتمع من
أمره.
Tidak ada komentar