Terjemah Kitab Adabul 'Alim Wal Muta'allim Bag.5
[٤] الباب الرابع
فى آداب
المتعلم فى دروسه وما يعتمده مع الشيخ والرفقة
وفيه ثلاثة
عشرة نوعا من الآداب
BAB IV
AKHLAK PELAJAR
TERHADAP PELAJARANNYA
ADA 13 MACAM
١- الأول: أن يبدأ بفرض
عينه، فيحصل أولا أربعة علوم، علم الذات العالية، ويكفيه أن يعتقد أنها موجودة قديمة باقية مُنَزهة عن النقائص متصفة بصفات
الكمالات. وعلم الصفات، ويكفيه أن الذات
العالية متصة بالقدرة والإردة والعلم والحياة والسمع والبصر والكلام، وإن زاد
براهينها من الكتاب والسنة فهو كمال العلم. الثالث علم
الفقه، ويكفيه ما يتقن به طاعته من طهارة
وصلاة وصيام، وإن كان له مال تعلّم ما يجب عليه فيه، ولا يُقْدم على أمر حتى يعلم
حكم الله تعالى فيه. العلم الرابع علم الأحوال
والمقامات ومخادع النفوس ومَكايدها وما يجرى مجرى ذلك. وقد ذكر كله الإمام الغزالى
فى بداية الهداية والسيد عبد الله بن طاهر فى سلم التوفيق رحمهما الله تعالى.
Pertama,
Hendaknya pelajar memulai dengan mempelajari ilmu (bidang studi) yang hukumnya
fardhu 'ain. Oleh karena itu, pelajar hendaknya mempelajari 4 bidang studi
berikut:
1. Ilmu Tauhid yang berkaitan dengan
Dzat Allah yang Maha Tinggi. Pelajar cukup mempelajari ilmu ini hingga memiliki
keyakinan bahwa Dzat Allah itu wujud dan bersifat qadim (tidak
berpermulaan), kekal, Maha Suci dari segala kekurangan, serta mempunyai
sifat-sifat yang sempurna.
2. Ilmu Tauhid yang mempelajari
Sifat-sifat Allah. Pelajar cukup mempelajari ilmu ini hingga memiliki keyakinan
bahwa Allah mempunyai sifat Qudrat (Maha Berkuasa), Iradah (Maha
Berkehendak), ‘Ilmu (Maha Mengetahui), Hayat (Maha Hidup), Sama'
(Maha Mendengar), Bashar (Maha Melihat), Kalam (Maha Berfirman),
dan lain-lain. Jika pelajar mampu menambahnya dengan dalil-dalil dari al-Qur'an
maupun al-Sunnah, maka yang demikian itu adalah lebih menyempurnakan ilmunya.
3. Ilmu Fiqih. Pelajar cukup
mempelajari tentang hal-hal yang dapat memperkuat ketaatannya, misalnya: Thaharah
(bersuci), Shalat dan Puasa. Jika dia mempunyai harta, maka dia harus mempelajari
hal-hal yang diwajibkan kepadanya terkait harta tersebut (misalnya: belajar
tentang Zakat). Pelajar tidak boleh melakukan suatu perkara sampai dia
mengetahui hukum Allah mengenai perkara itu.
4. Ilmu Tasawwuf. Pelajar
cukup mempelajari tentang kondisi-kondis jiwa (الأحوال) tingkatan-tingkatan (المقامات) hal-hal yang menipu dan menggoda jiwa,
dan sejenisnya. Keempat jenis ilmu (bidang studi) di atas dijelaskan Imam
al-Ghazali dalam kitab Bidayah al-Hidayah dan Sayyid Abdullah bin Thahir
dalam kitab Sullam al-Taufiq.
٢- والثانى: أن يتبع فرض عينه
بتعلم كتاب الله العزيز فيتقنه إتقانا جيدا، ويجتهد فى فهم تفسيره وسائر علومه
فإنه أصل العلوم وأمها وأهمها.
Kedua,
Setelah mempelajari ilmu yang fardhu 'ain, pelajar dapat melanjutkan dengan
mempelajari al-Qur'an hingga mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar. Kemudian
pelajar hendaknya berusaha keras memahami tafsir al-Qur'an dan ilmu-ilmu al-Qur'an
lainnya, karena Ilmu-ilmu al-Qur'an adalah dasar, induk dan disiplin ilmu yang
paling penting untuk dipelajari.
ثم يحفظ من كل فن مختصرا يجمع فيه
بين طرفيه من الحديث وعلومه والأصولَيْن والنحو والصرف. ولا يشغله ذلك كله من
دراسة القرآن وتعهده وملازمته وردًا من كل يوم. وليحذر من نسيانه بعد حفظه، فقد
ورد فيه أحاديث تزجر عنه، ويشتغل بشرح تلك المحفوظات على المشايخ.
Selanjutnya
pelajar dapat menghafal kitab ringkasan (مختصر) yang menghimpun kedua sisi disiplin ilmu berikut
ini: Hadits dan Ilmu-ilmu
Hadits; Ushuluddin (Aqidah) dan Ushul Fiqh; Nahwu dan Sharaf. Namun
semua itu jangan sampai menyibukkan (mengganggu) dirinya dari tadarus
al-Qur'an, menjaga dan menetapi al-Qur'an sebagai wiridnya setiap hari. Pelajar
hendaklah takut melupakan ayat-ayat al-Qur'an yang sudah dia hafal,
karena ada Hadits tentang larangan melupakan al-Qur'an yang sudah dihafal. Pelajar
perlu menyibukkan diri dengan meminta penjelasan (syarah) kepada guru terkait
materi-materi pelajaran yang sudah dihafal.
وليحذر من الإعتماد فى ذلك على الكتب ابتداء، بل يعتمد فى كل فن من هو أحسن
تعليما له وأكثر تحقيقا فيه، ويراعى فى المشايخ الدين والعلم والشقة وغيرها.
Hafalan-hafalan
pelajar tidak boleh berpedoman pada kitab-kitab semata, melainkan berpedoman
kepada guru
yang lebih baik dalam mengajarinya tentang suatu fan ilmu (bidang studi) dan
lebih akurat pemahamannya terhadap fan ilmu tersebut. Pelajar hendaknya
memelihara agama, ilmu, kasih sayang dan lain lain dengan berpedoman kepada
para gurunya.
وليأخذ من الحفظ والشرح ما يمكنه
ويطيقه حاله من غير إكثار مُملٍّ ولا تقصير مخل بجودة التحصيل.
Pelajar
hendaknya belajar hafalan maupun syarah sesuai dengan kemampuan dan
kondisinya; yaitu tidak terlalu banyak yang membosankan dan tidak terlalu sedikit yang
menyebabkan pelajar tidak memahami pelajaran.
٣- والثالث: أن يحذر فى ابتدأ أمره من الاشتغال
فى الاختلاف بين العلماء وبين
الناس مطلقا فى العقليات والسمعيات فإنه تحيّر الذهن ويدهش الذهن، بل يتقن أولا
كتابا واحدا فى فن واحد وكتبا فى فنون إن كان يحتمل ذلك على طريقة واحدة يرتضيها
له شيخه، فإن كانت طريقة شيخه نقل المذاهب والاختلاف ولم يكن له رأي واحد قال
الغزالى: فليحذر منه فإن ضرره أكثر من النفع به.
Ketiga,
Pada tingkat permulaan, hendaknya pelajar menghindari perselisihan-perselisihan
pendapat di kalangan ulama' secara mutlak, baik dalam bidang studi 'aqliyah
(bidang studi non-agama) maupun sam'iyyah (bidang studi agama), karena
hal itu akan membingungkan pikiran dan akalnya. Sebaiknya pelajar terlebih
dahulu harus benar-benar menguasai satu kitab dalam satu bidang studi; atau
menguasai beberapa kitab dalam beberapa bidang studi, jika dia memang mampu
menguasainya dengan satu metode yang disetujui oleh guru. Jika
metode yang dipakai guru adalah mengutip madzhab-madzhab dan
perbedaan-perbedaan pendapat (إختلاف) sedangkan
guru
tidak memiliki satu pendapat (yang dipedomani), maka Imam al-Ghazali r.a
berpesan: “Hendaklah
pelajar mewaspadai (metode) guru yang seperti itu, karena dampak
negatifnya lebih banyak daripada dampak positifnya”.
وكذلك يحذر فى ابتدأ طلبه من المطالعات فى تفاريق
المصنفات، فإنه يضيع زمانه ويفرق ذهنه بل يعطى الكتاب الذى يقرؤه أو الفن الذى
يأخذه كليته حتى يتقنه.
Demikian
juga pada tahap permulaan menuntut ilmu, pelajar hendaknya menghindari belajar
kitab-kitab yang beraneka-ragam, karena hal itu hanya akan menyia-nyiakan
waktunya dan membingungkan pikirannya. Sebaliknya, pelajar hendaknya
mempelajari satu kitab yang dia baca atau satu bidang studi yang dia tekuni
secara menyeluruh hingga benar-benar menguasainya.
وكذلك يحذر من تنقل من كتاب إلى كتاب من غير موجب، فإنه
علامة الضجر وعدم الفلاح. وأما إذا انتهى وتأكدت معرفته فالأولى أن لا يدع فنًّا
من العلوم الشرعية إلا نظر فيه. فإن ساعده القدرُ وطول العمر على التبحر فيه، وإلا
فكان قد استفاد ما يختلص به من عروة الجهل بذلك العلم، وليَعْتَنِ من كل فن
بالأهم. ولا يغفل العمل به الذى هو المقصود بالعلم.
Pelajar
sebaiknya menghindari berpindah-pindah dari satu kitab ke kitab lainnya tanpa
ada yang mengharuskan hal itu, karena tindakan itu adalah tanda kebosanan dan
ketidak-suksesan pelajar.
Adapun
ketika pelajar sudah menyelesaikan pelajarannya, dan ilmu
pengetahuannya sudah mantap, maka yang lebih utama adalah tidak mengabaikan
satu pun bidang studi syari'at melainkan dia pernah mempelajarinya. Apabila dia
dibantu oleh takdir dan usia yang panjang, niscaya dia dapat menguasai bidang
studi itu secara mendalam namun jika tidak demikian, setidak-tidaknya pelajar
sudah mempelajari hal-hal yang membebaskannya dari status bodoh terkait bidang
studi tersebut. Pelajar sebaiknya mempelajari bagian yang paling penting dari
setiap bidang studi; dan tidak lalai dari mengamalkan ilmu (dalam kehidupan
sehari-hari) yang merupakan tujuan ilmu.
٤- والرابع: أن يصحح ما يقرؤه
قبل حفظه تصحيحا جيدا إما على الشيخ أو على غيره ممن يتقنه، ويحفظه بعد ذلك حفظا
محكما، ثم يكرره بعد ذلك حفظه تكرارا مواظب.
Keempat,
Hendaknya pelajar mengoreksikan (apa yang dia baca) sebelum menghafalkannya,
dengan koreksi yang bagus, baik kepada guru maupun orang lain yang berkompeten
(ahli). Setelah itu pelajar menghafalkannya dengan hafalan yang kuat; lalu
mengulang-ulang hafalannya dengan pengulangan yang rutin (istiqamah).
ولا يحفظ شيئا قبل تصحيحه لأنه يوقع
فى التحريف. وقد تقدم أن العلم لا يؤخذ من الكتب فإنه من أضر المفاسد. وينبغى أن
يحضره عند الدواة والقلم والسكين ليصلح ويضبط ما يصححه لغةً وإعرابًا.
Pelajar
tidak boleh menghafalkan sesuatu sebelum mengoreksikannya, karena hal itu bisa
menjerumuskan pada penyimpangan (التحريف). Sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa ilmu tidak diambil dari kitab-kitab begitu saja,
karena yang
demikian itu termasuk salah satu kerusakan yang sangat membahayakan.
Pada saat melakukan koreksi, pelajar sebaiknya membawa tempat tinta, pena dan
pisau (untuk meruncingkan pena) agar dapat memperbaiki dan menandai apa yang
dikoreksi, baik dalam segi bahasa maupun tata bahasa (i'rab)-nya.
٥- والخامس: أن يبكر لسماع
العلم لا سيما الحديث، ولا يهمل الاشتغال به وبعلومه والنظر فى إسناده وأحكامه
وفوائده ولغته وتوارخه.
Kelima,
Hendaknya pelajar datang di awal waktu untuk mengikuti pelajaran apalagi
pelajaran Hadits. Pelajar tidak boleh mengabaikan belajar Hadits dan Ilmu-ilmu
Hadits; meneliti sanad-sanadnya, (status) hukumnya (Shahih, Hasan atau Dha'if),
isi kandungannya, redaksi (matan)-nya, dan sejarah kemunculannya (asbabul wurud)-nya.
ويعتنى أولاً بصحيح البخاري ومسلم ثم
بقية الكتب الأصول المعتمدة فى هذا الشأن كموطأ الإمام مالك وسنن أبى داود
والنسائى وابن ماجه وجامع الترمذى. ولا ينبغى أن يقتصر على ما هو أقل من ذلك.
Pada
mulanya, pelajar sebaiknya mempelajari kitab Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim, lalu kitab-kitab induk yang mu'tamad (terpercaya), misalnya:
al-Muwaththa' karya Imam Malik, Sunan Abu Dawud, Sunan
al-Nasa'i, Sunan Ibnu Majah dan Jami'us Shahih karya Imam
al-Tirmidzi. Pelajar seyogyanya tidak mempelajari Hadits yang lebih sedikit
dari kitab-kitab di atas.
ونعم المعين للفقيه كتاب سنن الكبير
لأبى بكر البيهقي، فإن الحديث أحد جناحي العلم بالشريعة والمبين لكثير من الجناح
الأخر وهو القرآن.
Sebaik-baik
kitab Hadits yang dapat membantu ahli fiqih adalah kitab al-Sunan al-Kubra
karya Imam Abu Bakar al-Baihaqi. Sesungguhnya Hadits adalah salah satu dari dua
sumber utama ilmu Syari'at sekaligus penjelas terhadap banyak bagian dari
sumber utama ilmu Syari'at yang lain, yaitu al-Qur'an.
قال إمامنا الشافعي رضي الله عنه: من
نظر فى الحديث قويت حجته.[1]
Imam
Syafi'i RA berkata:
“Barangsiapa
mempelajari Hadits, maka kuatlah argumentasi (hujjah)-nya”.
٦- والسادس: إذا شرح محفوظاته
المختصرات وضبط ما فيها من الاشكلات والفوائد المهمات انتقل إلى بحث المبسوطات مع
المطالعة الدائمة وتعليق ما يمر به ويسمعه من الفوائد النفيسة والمسائل الدقيقة
والفروع الغريب وحل المشكلات والفروق بين أحكام متشابهات من جميع أنواع العلوم،
ولتكن همته فى طلب العلم عالية، فلا يكتفى بقليل العلم مع إمكان كثيره، ولا يقنع
مِن إرث الأنبياء بيسير، ولا يؤخر تحصيل فائدة تمكن منها، فإن للتأخير آفات، ولأنه
إذا حصلها فى الزمان الحاضر حصل فى الثانى غيرها، ويغتنم وقت فراغه ونشاطه وزمان
عافيته وشرخ شبابه[2] قبل عروض الموانع.
Keenam,
Apabila pelajar menjelaskan kitab-kitab ringkasan yang dihafal (محفوظات المختصرات) dan menandai bagian-bagian yang sulit
maupun materi-materi pelajaran yang penting, maka pelajar sebaiknya berpindah
pada kitab-kitab yang isinya lebih luas penjelasannya (مبسوطات) disertai belajar yang rutin dan memberi
keterangan (catatan kaki) ketika membaca atau mendengar materi-materi pelajaran
yang bagus, permasalahan permasalahan yang rumit, masalah-masalah furu’ yang
langka (غريبة), solusi
(jawaban) masalah-masalah yang rumit, maupun perbedaan-perbedaan di antara hukum-hukum
yang kelihatan mirip (الفروق بين أحكام متشابهات) dari seluruh bidang studi. Hendaknya semangat belajar
(cita-cita) pelajar dalam mencari ilmu itu tinggi, sehingga tidak merasa puas
dengan ilmu yang sedikit, jika memungkinkan untuk memperoleh ilmu yang banyak.
Pelajar tidak rela hanya menerima sedikit dari warisan para Nabi (yaitu ilmu)
serta tidak menunda-nunda untuk meraih faidah (ilmu pengetahuan) yang mungkin
diraih, karena sikap menunda-nunda itu banyak dampak negatifnya. Karena
sesungguhnya jika pelajar sudah meraih faidah tersebut pada saat ini, maka dia
akan memperoleh faidah lain pada waktu berikutnya. Pelajar hendaknya
memanfaatkan waktu ketika dia senggang, bersemangat, sehat dan masih muda sebelum
datangnya hal-hal yang menghalanginya (untuk belajar ilmu).
وليحذر مِن نظر نفسه بعين الكمال
والاستغناء عن المشايخ فإن ذلك عين الجهل والحمق. وقد قال سيد التابعين سعيد بن
جبير رضي الله عنه: لا يزال الرجل عالما ما تعلّم، فإذا ترك التعلم وظن أنه استغنى
فهو أجهل ما يكون.
Pelajar
jangan sampai memandang dirinya dengan pandangan sempurna dan merasa tidak
butuh kepada para guru,
karena yang demikian itu adalah pandangan yang bodoh dan tolol. Tokoh Tabi'in
terkemuka, Sa'id bin Jubair r.a berkata: “Seseorang masih disebut orang
alim selama dia belajar; ketika dia sudah tidak belajar dan merasa cukup
(dengan ilmunya), maka sungguh dia itu bodoh sekali”.
٧- والسابع: أن يلزم حلقة
شيخه فى التدريس والاقراء إذا أمكن، فإنه لا يزيده إلا خيرا وتحصيلا وأدبا
وتفضيلا.
Ketujuh,
Pelajar semaksimal mungkin berusaha menghadiri halaqah (tempat
belajar-mengajar) gurunya
jika memungkinkan, baik halaqah untuk memberi pelajaran maupun
untuk membacakan kitab, karena akan menambah kebaikan, ilmu pengetahuan, tata
krama dan kemuliaan pelajar.
ويجتهد على مواظبة خدمته والمسارعة
إليها فإن ذلك يكسبه شرفا وتبجيلا. ولا يقتصر فى الحلقة على سماع درسه فقط إن
أمكنه، بل يعتنى بسائر الدروس المشروحة ضبطا وتعليقا إن احتمل ذهنه ذلك ويشارك
أصحابها حتى كأن كل درس له، فإن عجز عن
ضبط جميعها فليعتنِ بالأهمّ فالأهم منها.
Pelajar
hendaknya berusaha keras untuk berkhidmat kepada guru dengan rutin dan bergegas,
karena hal itu bisa mendatangkan kemuliaan dan kehormatan bagi pelajar. Di halaqah,
jika memungkinkan pelajar tidak boleh sekedar mendengarkan pelajaran dari pendidik
saja, melainkan dia harus memperhatikan seluruh pelajaran
yang dijelaskan oleh guru dengan disertai memberi tanda maupun catatan kaki (ضبطا وتعليقا) jika memang dia mampu melakukan semua
itu. Serta menemani para guru yang mengajarkan pelajaran
tersebut sehingga seakan-akan seluruh pelajaran itu ditujukan kepadanya.
Apabila pelajar tidak mampu untuk memberi tanda pada seluruh mata pelajaran,
maka sebaiknya dia memfokuskan diri pada hal-hal yang paling penting, lalu yang
agak penting.
وينبغى أن يتذاكر الطلبة ما وقع فى
مجلس الشيخ من الفوائد والضوابط والقواعد وغير ذلك، وأن يعيدوا كلام الشيخ فيما
بينهم، فإن للمذاكرة نفعا عظيمًا.
Para
pelajar hendaknya mengingat-ingat materi yang disampaikan di tempat belajar gurunya (مجلس الشيخ) baik
berupa faidah-faidah (materi pelajaran yang penting), dhabith-dhabith
(simpulan-simpulan), kaidah-kaidah, dan lain-lain. Para pelajar juga perlu
mengulang-ulang perkataan guru di kalangan mereka sendiri, karena sesungguhnya
mengingat-ingat (مذاكرة) itu membawa manfaat yang agung.
قال الخطيب البغدادي: وأفضل المذاكرة
مذاكرة الليل. وقد كان جماعة من السلف يبدؤون فى المذاكرة من العشاء فربما لم
يقوموا حتى يسمعوا آذان الصبح.
Al-Khathib
al-Baghgadi berkata: “Sesungguhnya waktu terbaik untuk mengingat-ingat
(review/mengulangi pelajaran) itu malam hari”. Sekelompok ulama' salaf
memulai mengingat-ingat pelajaran sesudah shalat Isya', bahkan terkadang mereka
tidak beranjak sampai mendengarkan adzan Shubuh.
فإذا لم يجد مَن يذاكر ذاكر نفسه
بنفسه، وكرر معنى ما سمعه ولفظه على قلبه ليعلق ذلك على خاطره، فإن تكرار المعنى
على القلب كتكرار اللفظ على اللسان سواء بسواء. وقل أن يفلح من اقتصر على التفكر
والتعقل بحضرة الشيخ خاصة ثم يتركه ويقوم ولا يعاوده.
Apabila
pelajar tidak menemukan teman untuk saling mengingat-ingat pelajaran, maka
sebaiknya dia mengingat-ingat pelajaran sendiri, mengulang-ulang makna dan lafal
(redaksi) materi pelajaran di dalam hati agar bisa menancap di dalam hatinya.
Sesungguhnya mengulang-ulang makna di dalam hati itu sama persis dengan
mengulang-ulang lafal melalui lisan. Sedikit sekali pelajar yang sukses jika
hanya terbatas pada tafakkur (berpikir) dan ta'aqqul (bernalar)
ketika berada di hadapan guru saja, kemudian dia meninggalkan tempat belajar dan
tidak membiasakan tafakkur dan ta'aqqul lagi setelah itu (yakni
belajar di luar kelas).
٨- والثامن: إذا حضر مجلس
الشيخ يسلّم على الحاضرين بصوت يسمع جميعهم إسماعا محقَّقا ويخص الشيخ بزيادة تحية
وإكرام. وكذلك يسلّم إذا انصرف.
Kedelapan,
Ketika pelajar menghadiri majlis guru, maka sebaiknya dia memberi salam kepada
para hadirin dengan suara yang jelas dan tegas, serta menambah penghormatan dan
pemuliaan yang khusus ditujukan kepada guru. Demikian juga pelajar seharusnya
mengucapkan salam ketika keluar dari tempat belajar.
وإذا سلّم فلا يتخطى رقاب الحاضرين
إلى رقاب الشيخ بل يجلس حيث انتهى به المجلس إلا أن يصرح الشيخ والحاضرون بالتقدم
والتخطى أو يعلم من حالهم ايثار ذلك فلا بأس.
Setelah
mengucapkan salam, pelajar tidak boleh melangkah di atas bahu (permisi untuk melewati
jama’ah) para hadirin menuju tempat yang dekat dengan guru, melainkan dia
seharusnya duduk di batas akhir majlis, kecuali jika guru dan para hadirin
memberi isyarat yang mempersilahkan dia untuk maju dan melangkahi bahu para
hadirin, atau pelajar mengetahui (yakin) bahwa para hadirin mempersilahkan dia
untuk melakukan hal itu, maka tidaklah mengapa.
ولا يقيم أحدا من مجلسه أو يزاحمه
قاصدا. فإن آثره الغير بمجلسه لم يقبله إلا أن يكون فى ذلك مصلحة يعرفها القوم
وينتفعون بها من بحثه مع الشيخ عند قربه منه أو لكونه كبير السن أو كثير الفضيلة
أو الصلاح.
Pelajar
tidak boleh membuat pelajar lain sampai berdiri dari tempat duduknya atau
mendesaknya dengan sengaja. Jika ada pelajar lain yang mempersilahkan dia untuk
menempati tempatnya, maka pelajar tidak boleh menerimanya, kecuali jika hal itu
mendatangkan kemaslahatan yang diketahui oleh para hadirin dan mereka dapat
mengambil manfaat atasnya, semisal: (mengambil manfaat dari) diskusi antara
pelajar dengan guru apabila posisi pelajar itu berdekatan dengan guru, atau
dikarenakan pelajar itu lebih senior (lebih tua usianya), mempunyai banyak
keutamaan dan kebaikan.
ولا يجلس وسط الحلقَة ولا قدام أحد
إلا عند الضرورة، ولا بين صاحبين إلا برضاهما، ولا فوق مَن هو أولى منه. ويجتمع
الرفقاء فى درس واحد أو دروس فى جهة واحدة ليكون كلام الشيخ إليهم جميعا عند
الشرح.
Pelajar
tidak boleh duduk di tengah-tengah halaqah maupun di depan orang lain,
kecuali ketika darurat. Demikian juga pelajar tidak boleh duduk di antara dua
sahabat, kecuali atas kerelaan keduanya. Pelajar juga tidak boleh duduk di
tempat yang lebih tinggi atau di atas orang yang lebih utama daripada dia.
Hendaknya pelajar menghimpun rekan-rekannya dalam suatu pelajaran maupun
pelajaran-pelajaran lain pada satu arah, agar perkataan guru bisa
ditangkap oleh seluruh pelajar ketika menjelaskan pelajaran.
٩- والتاسع: أن لا يستحي من
سؤال ما أشكل عليه وتفهم ما لم يَعْقله بتلطف وحسن خطاب وأدب وسؤال، وقد قيل: من
رق وجهه عن السؤال ظهر نقصه عند اجتماع الرجال.
Kesembilan,
Pelajar tidak boleh malu untuk bertanya perihal materi pelajaran yang sulit
dipahami, atau
meminta penjelasan tentang materi pelajaran yang tidak dimengerti, dengan lemah
lembut, tutur kata yang bagus dan penuh tata-krama. Menurut suatu pendapat: “Barangsiapa
malu bertanya, maka akan tampak kekurangannya ketika berkumpul dengan para
tokoh”.
وقال مجاهد رضي الله عنه: لا يعلم
العلم مستحيٍ ولا متكبر.
Mujahid
r.a berkata: “Orang yang malu (bertanya) dan orang yang sombong tidak dapat
mempelajari ilmu”.
وقالت عائشة رضي الله عنها: رحم الله
نساء الأنصار لم يكن الحياء يمنعهن فى الدين[3] .
Aisyah
r.a.a berkata: “Allah merahmati kaum wanita Anshar. Sifat
malu tidak menghalangi mereka (untuk bertanya) tentang masalah agama”.
وقالت أم سليم لرسول الله صلى الله
عليه وسلم: إن الله لا يستحي عن الحق هل على المرأة من غسل إذا هي احتلمت؟.[4] ولا يسأل عن شيء فى غير موضعه إلا لحاجة أو علم بإيثار
الشيخ ذلك. وإذا سكت عن الجواب لم يلح عليه، وإن أخطأ فى الجواب فلا يرد فى الحال عليه. وكما ينبغى للطالب أن
لا يستحي من السؤال فكذلك لا يستحي من قوله: لا أفهم، إذا سأله الشيخ: هل فهمتَ؟
وهو لا يفهم.
Ummu
Sulaim r.a
berkata kepada Rasulullah saw : “Sesungguhnya Allah tidak malu pada perkara yang
benar. Apakah wanita yang mimpi basah (keluar mani) diharuskan mandi besar?”.
Pelajar tidak boleh bertanya tentang sesuatu yang bukan pada tempatnya, kecuali
ada kepentingan (hajat) atau meyakini bahwa guru
memperkenankan hal itu. Apabila guru tidak menjawab (pertanyaan yang
diajukan), maka pelajar tidak boleh memaksanya. Jika guru menjawab
kurang tepat (salah), maka pelajar tidak boleh menyanggah seketika itu juga.
Sebagaimana pelajar tidak boleh merasa malu untuk bertanya, pelajar tidak boleh
malu untuk berkata: “Saya tidak paham”, ketika ditanya oleh guru, “Apakah
engkau sudah paham”,
jika pelajar memang belum paham.
١٠- والعاشر: أن يراعي نوبته،
فلا يتقدم عليها بغير رضا مَن هي له. روي
أن أنصاريا أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم يسأله وجاء بعده رجل من ثقيف يسأله،
فقال النبي صلى الله عليه وسلم: يا أخا ثقيف، إن الأنصاري قد سبقك بالمسألة فاجلس
كيما نبدأ بحاجة الأنصاري قبل حاجتك. [5]
Kesepuluh,
Pelajar harus mentaati urutan giliran (antrian), sehingga dia tidak boleh
mendahului giliran orang lain dengan tanpa seizin yang bersangkutan. Diriwayatkan
bahwa ada shahabat Anshar datang kepada Rasulullah saw yang
bertanya kepada beliau, kemudian datanglah seseorang dari Bani Tsaqif untuk
bertanya kepada beliau juga. Maka Rasulullah bersabda: “Wahai
saudaraku dari Tsaqif, sesungguhnya orang Anshar ini telah mendahuluimu untuk
bertanya, maka duduklah terlebih dulu agar aku bisa memenuhi terlebih dahulu
kebutuhan orang Anshar ini sebelum (memenuhi) kebutuhanmu”.
قال الخطيب: يستحب للسابق أن يقدم
على نفسه مَن كان غريبا لتأكد حرمته، وكذلك إذا كان للمتأخر حاجة ضرورية وعلمها المتقدم فإنه يؤثره، أو أشار الشيخ
بتقدمه لمصلحة رآها فيستحب إيثاره.
Al-Khathib
al-Baghdadi berkata: “Bagi orang yang lebih dulu (datangnya) disunnahkan
untuk mendahulukan orang asing atau berasal dari tempat yang jauh untuk
menghormati orang itu”. Demikian juga jika orang yang lebih akhir datang
itu memiliki kebutuhan yang mendesak (darurat), sedangkan orang yang lebih awal
datangnya mengetahui hal tersebut, atau gurunya memberikan isyarat untuk mendahulukan
orang yang datang lebih akhir karena kemashlahatan maka
hendaknya dia mempersilahkan orang datang lebih akhir.
ويحصل تقدم النوبة بتقدم الحضور فى
مجلس الشيخ أو إلى مكانه، ولا يسقط حقه بذهابه إلى ما يضطر له كقضاء حاجة وتجديد
وضوء إذا عاد بعده. وإذا سبق اثنان وتنازعا أقرع بينهما أقدم الشيخ أحدهما إن كان
متبرعا.
Urutan
giliran (antrian) didasarkan pada waktu kehadiran pelajar di majlis guru atau
tempat belajar,
dan hak giliran itu tidak gugur sebab kepergian pelajar yang bersangkutan untuk
suatu keperluan mendesak, misalnya: buang hajat atau memperbaharui wudhu', jika
pelajar tersebut bermaksud kembali sesudah itu. Apabila ada dua pelajar yang
sama-sama lebih dahulu datangnya dan mereka bertengkar, maka harus diadakan
pengundian,
atau pendidik mendahulukan salah satu dari keduanya jika rekannya memang rela.
١١- والحادى عشر: أن يكون جلوسه بين يدي الشيخ على ما تقدم تفصيله وهيآته فى أدبه مع
الشيخ، ويحضر كتابته الذي يقرأ منه معه ويحمله بنفسه ولا يضعه على الأرض حال
القراءة مفتوحا، بل يحمله بيده. ولا يقرأ منه إلا بعد استئذان من الشيخ. ولا يقرأ
عند شُغل قلبِ الشيخ أم ملله أو غضبه أو نحو ذلك. فإذا أَذِن له الشيخ استعاذ من
الشيطان الرجيم ثم يسمى الله ويحمده ويصلى ويسلم على النبي صلى الله عليه وسلم
وعلى آله وصحبه ثم يدعو للشيخ ولوالديه ولمشايخه ولنفسه ولسائر المسلمين، ويترحم
على مصنف الكتاب عند قراءته.
Kesebelas,
Hendaknya pelajar duduk di hadapan gurunya sesuai dengan perincian sebelumnya dan berperilaku penuh
tata krama bersama guru. Pelajar hendaknya membawa kitab yang akan dibaca dan
membawanya sendiri. Ketika membaca kitab, pelajar tidak boleh meletakkan kitab
itu di atas lantai dalam keadaan terbuka, melainkan harus dipegang dengan
tangannya. Pelajar tidak boleh membaca kitab itu, kecuali setelah mendapatkan
izin dari guru. Pelajar
tidak boleh membaca kitab itu, ketika hati guru sedang sibuk (tidak berkonsentrasi), bosan, marah, susah
dan sebagainya. Apabila guru sudah memberi
izin, maka pelajar memulai (baca kitab) dengan membaca Ta'awwudz, Basmalah,
Hamdalah, dan Shalawat kepada Rasulullah keluarga dan para Shahabat
beliau. Kemudian pelajar berdo'a untuk guru, kedua orang tua, para gurunya yang lain, untuk dirinya sendiri dan seluruh kaum
muslimin. Ketika membaca, pelajar
sebaiknya mendo’akan pengarang kitab itu agar memperoleh limpahan Rahmat dari
Allah.
وإذا دعا الطالب للشيخ قال: رضي الله
عنكم أو عن شيخنا من الدرس ودعا للشيخ ايضا. فإن ترك الطالب الاستفتاح بما ذكر
جهلا أو نسيانا نبّهه عليه وعلّمه إيّاه وذكر به فإنه من أهم الآداب.
Ketika
pelajar mendoakan guru,
maka dia bisa memakai redaksi: رضي الله عنكم أو رضي الله عن شيخنا
dan
redaksi lainnya dengan disertai niat bahwa do'a itu memang ditujukan kepada guru. Apabila
sudah menyelesaikan
pelajaran, maka pelajar juga mendo'akan gurunya. Jika
pelajar meninggalkan pembukaan seperti di atas, karena tidak tahu atau lupa,
maka hendaknya gurunya
mengingatkan, mengajarkan maupun menyebutkan pembukaan di atas kepada pelajar, karena
pembukaan seperti itu termasuk tata krama yang paling penting.
١٢- الثانى عشر: أن يثبت على كتاب حتى لا يتركه أبتر، وعلى فنّ حتى لا يشتغل بفن آخر قبل
أن يتقن الأول، وعلى بلد حتى لا ينتقل إلى بلد آخر من غير ضرورة، فإن ذلك يفرق
الأمور ويشغل القلب ويضيع الأوقات.
Kedua
belas, Hendaknya pelajar benar-benar fokus pada satu
kitab tertentu, sampai tidak ada bagian yang terlewatkan. Begitu juga pelajar
sebaiknya fokus pada satu bidang studi saja dan tidak menyibukkan diri dengan
bidang studi lain sebelum benar-benar menguasai bidang studi yang pertama tadi.
Pelajar juga sebaiknya tidak berpindah dari satu daerah ke daerah lain tanpa
ada kepentingan (kondisi darurat). Karena sesungguhnya sikap seperti itu akan
memecah-belah konsentrasi, menyibukkan hati dan menyia-nyiakan waktu.
وأن يكون متوكِّلا، فلا يهتم بأمر
الرزق ولا يشغل قلبه بذلك. وأن لا ينازع أحدا ولا يخاصمه، فإنه يضيع الأوقات ويورث
الحقدَ والحسد والبغضاء. ويجتنب عن مجالسة المكثار وأهل الفساد والمعاصى والبطالة،
فإن المجاورة مؤثرة ولا مَحالَة.
Pelajar
hendaknya bersikap tawakkal, sehingga tidak boleh salah sangka dalam masalah
rezeki, bahkan sebaiknya pelajar tidak menyibukkan hatinya memikirkan masalah
rezeki. Pelajar
sebaiknya tidak menentang maupun memusuhi orang lain, karena hal itu hanya
menyia-nyiakan waktu dan bisa menimbulkan perasaan dendam, iri hati dan kebencian.
Pelajar seharusnya menjauhi pertemanan dengan orang-orang yang suka mengobrol,
pembuat onar, suka bermaksiat dan pengangguran, karena berdekatan dengan
orang-orang seperti itu pasti akan berpengaruh (negatif) kepadanya.
وأن يجلس مستقبل القبلة، وأن يستن
بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم. ويغتنم دعوة أهل الخير، ويحترز عن دعوة
المظلوم وعن الغيبة، وأن يصلي صلاة الخاشعين.
Pelajar
seyogyanya
duduk menghadap kiblat, senantiasa menjalankan sunnah Rasulullah mengambil
manfaat dari dakwah para ahli kebaikan : menghindari do'a orang yang
didzalimi maupun ghibah (menggunjing), memperbanyak shalat serta
mendirikan shalat seperti shalatnya orang- orang yang khusyu'.
١٣- والثالث عشر: أن يرغب الطلبة فى التحصيل، ويدلهم
على مظان الاشتغال والفائدة، ويصرف عنهم الهموم المشغِلة عنه، ويهون عليهم مؤنته،
ويذكر لهم ما استفاده من القواعد والغرائب على جهة النصيحة والمذاكرة، فبذلك
يستنير قلبه، ويبارك فى علمه، ويعظم ثوابه. ومن يخل بذلك فلا يثبت معه، وإن لم
يثبت لم يثمر.
Ketiga
belas, Hendaknya pelajar itu memotivasi rekan-rekannya
untuk menguasai ilmu dan menunjukkan mereka pada sumber-sumber aktivitas
(kegiatan positif) maupun faidah (ilmu pengetahuan), serta mengalihkan mereka
dari kegalauan-kegalauan yang menguras pikiran mereka. Pelajar sebaiknya
(membantu) meringankan biaya hidup rekan-rekannya, dan mengingatkan mereka
tentang hal-hal yang dia pelajari, baik berupa kaidah-kaidah maupun hal-hal yang
langka melalui nasehat dan peringatan. Dengan bersikap seperti di atas, hati
pelajar akan menjadi terang ilmunya menjadi berkah dan pahalanya menjadi agung.
Barangsiapa pelit melakukan perbuatan-perbuatan di atas, maka ilmunya tidak
akan menancap pada dirinya, dan kalaupun ilmu itu menancap pada dirinya, maka
ilmu itu tidak akan berbuah (amal perbuatan).
وقد جرب ذلك جماعة من السلف، ولا يفتخر عليهم أو يعجب
بجودة ذهنه، بل يحمد الله تعالى ويستزيد منه بدوام شكره، ويكرمهم بإفشاء السلام
وظهور المودّة والاحترام، ويراعى لهم حق الصحبة والاخوة فى الدين والحرفَة، فإنهم
أهل العلم وحملته وطلابه.
Semua
itu telah diuji-cobakan oleh sekelompok ulama' salaf. Pelajar tidak boleh
bersikap angkuh kepada rekan-rekannya atau merasa takjub dengan kecerdasan
pikirannya, sebaliknya pelajar seharusnya memuji Allah dan mohon tambahan
kepada-Nya dengan selalu bersyukur kepada-Nya. Pelajar hendaknya menghormati
rekan-rekannya dengan menebar salam kepada mereka, menunjukkan sikap
kasih-sayang dan penghormatan, menjaga hak-hak persahabatan dan persaudaraan
dalam agama dan profesi (yakni, sama-sama 'berprofesi' sebagai pelajar), karena
mereka semua adalah ahli ilmu dan penuntut ilmu.
ويتغافَل عن تقصيريهم ويغفر زللهم ويستر عوراتهم ويشكر
محسنهم ويتجاوز عن مسيئتهم.
Pelajar
sebaiknya mengabaikan kekurangan rekan-rekannya, memohonkan maaf atas dosa-dosa
mereka, menutupi aib-aib mereka, berterima-kasih atas kebaikan-kebaikan mereka
serta memaafkan kesalahan mereka.
[1]
قال
الإمام الشافعي: من تعلم القرآن عظمت قيمته، ومن تعلم الفقه نبل مقداره، ومن كتب
الحديث قويت حجته، ومن تعلم الحساب جزل رأيه، ومن تعلم اللغة رق طبعه، ومن لم يصن
نفسه لم ينفعه علمه [انظر أداب الدنيا والدين]
[2]
وفى
المصباح: وشرخ الشباب أوله اهـ.
[3]
رواه
ابن حزيمة [ح
٢٤٨]،
عن عائشة. وذكر البخارى تعليقا فى باب الحياء فى العلم.
وتمام
الحديث: أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلْتِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
عن الغسل من المحيض، فذكر بعض الحديث، وسألته عن الغسل من الجنابة، قال: ( تَأْخُذُ
إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا فَتَطْهُرَ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ الْمَاءَ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ
حَتَّى يَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا، ثُمَّ تُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى رَأْسِهَا )، فقالت
عائشة: نعم النساء نساء الأنصار، لم يمنعهن الحياء أن يتفقهن فى الدين.
[4]
رواه
البخاري [ح
٢٨٢]،
عن أم سلمة.
[5]
لم
أقف عليه.
Masya Allah
BalasHapus