• Flash :

    Terjemah Kitab al-Fiqhul Islamiy wa adillatuhu Wahbah Zuhaili - Pengantar Ilmu Fiqh Bag. 1

    مقدمات ضرورية عن الفقه

    PENGANTAR ILMU FIQIH

    - لابد قبل البدء في بحث الأحكام الشرعية من بيان معلومات تتناول ما يأتي:
    - معنى الفقه وخصائصه، لمحة موجزة عن فقهاء المذاهب، مراتب الفقهاء وكتب الفقه، اصطلاحات الفقه والمؤلفين في المذاهب، أسباب اختلاف الفقهاء، الضوابط الشرعية للأخذ بأيسر المذاهب وخطة البحث.

    Sebelum memasuki pembahasan hukum-hukum syara', kita harus mengenal terlebih dahulu beberapa permasalahan berikut ini: arti Fiqh dan keistimewaan-nya, pengenalan singkat tentang tokoh-tokoh Fiqh dalam berbagai madzhab, tingkatan para ahli/iqh, kitab-kitab, istilah-istilah yang banyak digunakan dalam kajianfiqh dan istilah-istilah penyebutan kitab fiqih dalam beberapa madzhab, sebab-sebab timbulnya perbedaan pendapat dalam fiqih, dan rancangan pembahasan dalam kitab ini.


    - المطلب الأول

    BAB PERTAMA

     ـ معنى الفقه وخصائصه:

    ARTI FIQIH DAN KEISTIMEWAANN

    - الفقه لغة: الفهم (1)، ومنه قوله تعالى: {قالوا: ياشعيب، ما نفقه كثيراً مما تقول} [هود:11/ 91]، وقوله سبحانه: {فما لهؤلاء القوم لايكادون يفقهون حديثاً} [النساء:4/ 78].
    al-Fiqh dalam bahasa Arab berarti aI-Fahm (pemahaman), sebagaimana yang bisa kita pahami dari firman Allah SWT.
    "Mereka berkata, Wahai Syu'aib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu...." (Q.S Huud: 91)

    Dan juga, "..Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafiq) hampir-hampir tidak memahami (yafqahuuna) pembicaraan (sedikitpun)?" (Q.S an-Nisaa': 78).

    (1) يقال: فقه يفقه كعلم يعلم، أي فهم مطلقاً، سواء أكان الفهم دقيقاً أم سطحياً، ويقال: فقه يفقه مثل كرم يكرم، أي صار الفقه له سجية. ويقال: تفقه الرجل تفقهاً: أي تعاطى الفقه، ومنه قوله تعالى: {ليتفقهوا في الدين} [التوبة:9/ 122].

    (1) Dikatakan : al-Fiqh bisa berasal dari faqiha-yafqahu yang perubahan katanya sama dengan 'alima-ya'lamu, artinya memahami baik secara mendalam maupun secara dangkal. Al-fiqh juga bisa berasal dari faquha-yafqahu yang perubahan katanya sama dengan karuma-yakramu, dengan bentuk seperti ini ia mempunyai arti "fiqih telah menjadi keahlian seseorang". Bila dikatakan faqqaha ar-rajulu tafaqquhan maka artinya laki-laki tersebut mendapatkan/mempunyai ilmu fiqih separti firman Allah, "liyatafaqqahuu fid-diin". 

    - وفي الاصطلاح الشرعي: عرفه أبو حنيفة رحمه الله تعالى بأنه «معرفة النفس مالها وما عليها» (2) والمعرفة: (هي إدراك الجزئيات عن دليل). والمراد بها هنا سببها: وهو الملكة الحاصلة من تتبع القواعد مرة بعد أخرى.

    Adapun menurut terminologi syariah sebagaimana yang didefinisikan oleh Imam Abu Hanifah r.a.-al-Fiqh adalah "Mengetahui hak dan kewajiban diri".
    Yang dimaksud dengan mengetahui di sini adalah memahami permasalahan-permasalahan parsial dengan memahami dalilnya [terlebih dahulu). Dengan kata lain, kata mengetahui di sini maksudnya
    adalah kemampuan pada diri seseorang yang muncul setelah melakukan penelitian-penelitian atas beberapa kaidah.

    (2) مرآة الأصول:44/ 1، التوضيح لمتن التنقيح: 10/ 1.

    Miiratsul Ushul, Jilid 1, hlm.44. dan at-Taudhih li Matn at-Tanqih, Jilid 1, hlm.10.

    - وهذا تعريف عام يشمل أحكام الاعتقاديات، كوجوب الإيمان ونحوه، والوجدانيات أي الأخلاق والتصوف، والعمليات كالصلاة والصوم والبيع ونحوها، وهذا هو الفقه الأكبر. وعموم هذا التعريف كان ملائماً لعصر أبي حنيفة الذي لم يكن الفقه فيه قد استقل عن غيره من العلوم الشرعية، ثم استقل، فأصبح علم الكلام (التوحيد) يبحث في الاعتقاديات، وعلم الأخلاق والتصوف كالزهد والصبر والرضا وحضور القلب في الصلاة ونحوها، يبحث في الوجدانيات. وأما الفقه المعروف حالياً فموضوعه أصبح مقصوراً على معرفة ما للنفس وما عليها من الأحكام العملية، وعندئذ زاد الحنفية في التعريف كلمة (عملاً) لتخرج الاعتقاديات والوجدانيات.


    Definisi ini sangat umum sehingga masalah-masalah keyakinan, akhlak, dan tasawuf serta amal-amal praktis masuk di dalamnya. Sehingga permasalahan seperti kewajiban beriman, membersihkan hati, shalat, puasa, jual beli, dan sebagainya masuk dalam definisi ini. 

    Inilah yang dinamakan al-Fiqh al-Akbar (fiqih yang besar). Pada masa Abu Hanifah definisi umum seperti ini memang banyak digunakan. Fiqih sebagai disiplin ilmu tersendiri belum terpisah dari ilmu-ilmu syara' yang lain. Baru pada periode selanjutnya, ilmu-ilmu tersebut terpisah dan menjadi disiplin ilmu - disiplin ilmu tersendiri: Ilmu kalam (tauhid) khusus membahas masalah aqidah; ilmu akhlak dan tasawuf membahas masalah intuisi dan kerja hati seperti zuhud, sabar, ridha, keterlibatan aktif hati ketika shalat dan lain-lain; dan akhirnya ilmu fiqih hanya membahas masalah hukum-hukum praktis berkenaan dengan kewajiban dan hak manusia.

    Oleh sebab itu, para pengikut madzhab Hanafi kemudian menambahi definisi Imam Abu Hanifah di atas dengan "Mengetahui hak dan kewajiban diri dalam masalah amal praktikal," sehingga pembahasan aqidah dan akhlak tidak lagi masuk dalam definisi fiqih tersebut.

    - وعرف الشافعي رحمه الله الفقه بالتعريف المشهور بعده عند العلماء بأنه: العلم بالأحكام الشرعية العملية المكتسب من أدلتها التفصيلية (1).

    Imam asy-Syafi'i memberikan definisi lain yang kemudian masyhur di kalangan ulama yaitu ,"al-"Ilmu bil Ahkaam asy-Syar'iyyah al-'Amaliyyah al-Muktasab min Adillatiha at-Tafshiiliyyah" (mengetahui hukum-hukum syara' yang berhubungan dengan amalan praktis, yang diperoleh dari (meneliti) dalil-dalil syara' yang terperinci).

    (1) شرح جمع الجوامع للمحلي: 32/ 1 ومابعدها، شرح الإسنوي:24/ 1، شرح العضد لمختصر ابن الحاجب: 18/ 1، مرآة الأصول: 50/ 1، المدخل إلى مذهب أحمد: ص58.

    (1) Syarh Jam'il Jawaamii Jilid 1, hlm. 32 dan setelahnya; Syarh al-lsnawi, Jilid 1, hlm. 24; Syarh al-Adhud li Mukhtashar lbn Haajib, Jilid 1, hlm. 18; Mir'atul Usul Jilid, hlm. 50; dan al-Madkhal ilaa Madzhab Ahmad, hlm. 58.

    - والمقصود بالعلم هنا: هو الإدراك مطلقاً الذي يتناول اليقين والظن؛ لأن الأحكام العملية قد تثبت بدليل قطعي يقيني، كما تثبت غالباً بدليل ظني.
    Yang dimaksud dengan al-'ilmu (mengetahui) dalam definisi di atas adalah semua jenis kualitas pengetahuan, baik yang mencapai tahap keyakinan ataupun yang hanya sebatas dugaan kuat (zhan). Hal ini disebabkan hukum-hukum amalan praktis kadang disimpulkan dari dalil-dalil yang sangat kuat (qath'i) dan kadang disimpulkan dari dalil-dalil yang zhanni.

    - والأحكام: جمع حكم، وهو مطلوب الشارع الحكيم، أو هو خطاب الله تعالى المتعلق بأفعال المكلفين اقتضاء أو تخييراً أو وضعاً. 

    Adapun kata al-Ahkaam (hukum-hukum) merupakan bentuk plural dari al-Hukmu (hukum). Maksud al-Ahkaam di sini adalah segala tuntutan Tuhan Yang Membuat aturan syara', atau dengan kata lain perintah dan larangan Allah (khithaabullah) yang berkenaan dengan perilaku-perilaku manusia mukallaf, baik dalam bentuk keputusan final (iqtidha), pilihan (takhyiir) ataupun dalam bentuk penetapan satu hubungan (semisal hubungan sebab akibat dll.) antara satu faktor dengan faktor lain (wadh'i).

    والمراد بالخطاب عند الفقهاء: هو الأثر المترتب عليه، كإيجاب الصلاة، وتحريم القتل، وإباحة الأكل، واشتراط الوضوء للصلاة.

    Dan yang dimaksud dengan khitaabullaah adalah dampak yang wujud dari khithaab tersebut, seperti kewajiban shalat muncul dari satu perintah (khithaab) Allah; keharaman membunuh muncul dari satu
    larangan (khithaab) Allah; begitu juga dengan dibolehkannya makan dan disyaratkannya wudhu sebelum melakukan shalat.

    - واحترز بعبارة (العلم بالأحكام) عن العلم بالذوات والصفات والأفعال.

    Dari definisi di atas juga dapat disimpulkan, bahwa yang hendak diketahui dalam ilmu fiqih adalah masalah-masalah hukum bukannya zat, sifat, ataupun pekerjaan itu sendiri.

    - و (الشرعية): المأخوذة من الشرع، فيحترز بها عن الأحكام الحسية مثل: الشمس المشرقة، والأحكام العقلية مثل: الواحد نصف الاثنين، والكل أعظم من الجزء، والأحكام اللغوية أو الوضعية، مثل: الفاعل مرفوع، أو نسبة أمر إلى آخر إيجاباً أو سلباً مثل زيد قائم، أو غير قائم.

    Sedangkan asy-syar'iyyah berasal dari kata asy-syar'u. Dengan adanya kata ini, maka hukum benda terindra (seperti matahari terbit), hukum logika, (seperti satu adalah separuh dari dua atau universal lebih luas daripada parsial), hukum lingusitik (seperti subjek dalam bahasa Arab harus dibaca rafa'), atau hubungan dua variabel baik positif atau negatif seperti Zaid berdiri atau Zaid tidak berdiri) tidak termasuk yang dimaksudkan oleh definisi tersebut.

    - و (العملية): المتعلقة بالعمل القلبي كالنية، أو غير القلبي مما يمارسه الإنسان مثل القراءة والصلاة ونحوها من عمل الجوارح الباطنة والظاهرة. والمراد أن أكثرها عملي، إذ منها ماهو نظري، مثل اختلاف الدين مانع من الإرث. واحترز بها عن الأحكام العلمية والاعتقادية، كأصول الفقه، وأصول الدين كالعلم بكون الإله واحداً سميعاً بصيراً. وتسمى العملية أحياناً: (الفرعية) والاعتقادية: (الأصلية).

    Kata 'amaliyyah (amalan praktikal) dalam definisi di atas maksudnya adalah semua amal baik batiniyah maupun lahiriyah, sehingga pekerjaan hati seperti niat dan pekerjaan anggota badan seperti membaca dan shalat masuk dalam definisi tersebut. Namun, sebenarnya kajian fiqih bukan hanya amal-amal praktikal saja, karena ada sebagian kajiannya yang bersifat teoretikal seperti "perbedaan agama menyebabkan terhalangnya seseorang mendapatkan warisan."

    Sehingga, kalimat yang lebih tepat sebenarnya adalah aktsaruhaa 'amalii (hukum-hukum syara' yang sebagian besar bersifat praktikal). Dengan perkataan ini, maka hukum-hukum teoretis seperti ilmu ushul fiqih dan hukum-hukum aqidah yang dibahas dalam ilmu ushuluddin tidak termasuk pembahasan ilmu fiqih. Oleh sebab itu, materi tentang Tuhan itu satu, Maha Mendengar dan Maha Melihat, tidak dibahas dalam ilmu fiqih ini. Masalah amalan praktikal dalam kajian Islam sering disebut dengan istilah "al-far'iyyah" sedangkan masalah aqidah disebut dengan istilah "al-ashliyyah".

    - و (المكتسب) صفة للعلم: ومعناه المستنبط بالنظر والاجتهاد، وهو احتراز عن علم الله تعالى، وعلم ملائكته بالأحكام الشرعية، وعلم الرسول صلّى الله عليه وسلم الحاصل بالوحي، لا بالاجتهاد، وعلمنا بالبدهيات أوالضروريات التي لاتحتاج إلى دليل ونظر، كوجوب الصلوات الخمس، فلا تسمى هذه المعلومات فقهاً، لأنها غير مكتسبة.

    Adapun kata "al-muktasab" (yang diperoleh) dalam definisi tersebut merupakan keterangan terhadap kata ilmu yang disebut lebih dulu.
    Maksudnya adalah, ilmu penyimpulan hukum (isthinbaath) yang diperoleh setelah melakukan proses berpikir dan ijtihad. Dengan demikian, maka ilmu Allah SWT, ilmu malaikat tentang hukum-hukum syara', ilmu Rasul yang bersumber dari wahyu (bukan hasil ijtihad), pengetahuan aksiomatik manusia yang tidak memerlukan pemikiran mendalam dan dalil seperti kewajiban shalat lima waktu-tidak dapat dikategorikan sebagai pengetahuan fiqih, sebab keberadaan ilmu pengetahuan tersebut tidak diusahakan oleh kerja nalar.

    - والمراد بالأدلة التفصيلية: ما جاء في القرآن، والسنة، والإجماع، والقياس. واحترز بها عن علم المقلد لأئمة الاجتهاد، فإن المقلد لم يستدل على كل مسألة يعملها بدليل تفصيلي، بل بدليل واحد يعم جميع أعماله، وهو مطالبته بسؤال أهل الذكر والعلم، فيجب عليه العمل بناء على استفتاء منه. هذا .. وقد أصبح الفقه أخيراً كما في قواعد الزركشي: هو معرفة أحكام الحوادث نصاً واستنباطاً، على مذهب من المذاهب.

    Sedangkan yang dimaksud dengan "ad-Dillah at-tafshiiliyyah" (dalil-dalil syara' yang terperinci) adalah dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur'an, sunnah, ijma, dan qiyas.
    Oleh karena itu, ilmu yang dimiliki oleh orang-orang yang bertaklid kepada imam-imam madzhab tidak termasuk kategori ini. Sebab, mereka tidak mengetahui dalil yang terperinci bagi setiap amal yang mereka kerjakan. Mereka hanya mengetahui satu dalil umum, yaitu "keharusan bertanya kepada orang yang pandai (ahludz dzikr) dan setelah bertanya mereka wajib mengamalkan hukum sesuai dengan jawaban imam tersebut.

    Pada perkembangan selanjutnya, ilmu fiqih sesuai dengan keterangan imam az-Zarkasyi dalam kitab al-Qa waa'id, didefinisikan dengan, "Mengetahui hukum amalan-amalan yang bersifat atribut (al-hawaadits) berdasarkan nash syara' dan juga penyimpulan hukum (istinbaath) menurut salah satu madzhab dari beberapa madzhab yang ada".

    Tidak ada komentar